CONTOH CERPEN TENTANG KOTAKU SURABAYA

Assalamu'alaikum Wr Wb

Ugh. Judul postingan nya Simple padat dan jelas ya :v
Well yah, pada Artikel kali ini, Si Maull bakal post contoh cerpen, sebagai referensi kalian aja okeh.
Ini sebenernya naskah cerpen waktu lomba baca cerpen di SMP dulu :'v, kebetulan lomba nya itu dalam peringatan HUT Surabaya, jadi deh temanya harus Surabaya :'v.

Maul kala itu bingung bett, mau buat cerpen apa. Cerpen dibawah ini mungkin termasuk kualitas rendah yahh *inginkan nangis :'v
Oke maafkan curcolnya. Langsung aja yuk kita lihat.


Surabaya Semangatku 
Oleh : Maulidiya Meilani


Bajuku selaras dengan warna jembatan ini, rambut panjangku yang terurai dikibarkan oleh angin semilir.
Pandangan tertuju pada sungai yang tidak sekotor sungai di kota Metropolitan pada umumnya. Inilah jembatan yang paling indah dengan kenangannya di zaman doeloe, pikirku.

Namaku Dina,  yang baru kembali ke tanah kelahiran ini sedang berada di Jembatan paling indah di kota pahlawan, dan bagiku paling indah di seluruh Indonesia. Meski arsitekturnya tak seindah jembatan lainnya, namun yang membuatnya indah adalah karena kenangan kenangan yang terpendam di sini. Lantas aku menyanyikan lagu daerah Jembatan Merah,

“Jembatan merah sungguh gagah
  Berpagar gedung indah
  Sepanjang hari yang melintasi silih berganti..”

Petikan lagu ini menggambarkan keadaan Jembatan Merah yang dikelilingi oleh gedung gedung dengan masih menampakkan aksen kunonya. Membuat semakin indah mata memandang. 

“Mengenang susah hati patah
  Ingat jaman berpisah
  Kekasih pergi sehingga kini belum kembali.”

Lirik lagu ini membuatku memikirkan saudara perempuanku yang tinggal di kota ini juga. Aku  belum bertemu dia selama 10 tahun lamanya.

“Biar jembatan merah
  Andainya patah aku pun bersumpah
  Akan kunanti dia disini
 Bertemu lagi..”

Ya begitulah aku sekarang. Kembali ke kota pahlawan ini karena ingin bertemu saudaraku.

Hari telah sore saat aku datang di tanah kelahirannya ini, dan saat ini senja telah hilang dari mata para pecintanya. Aku pun lantas pergi mengunjungi rumah saudaraku yang terletak tidak jauh dari Jembatan Merah.
Singkat waktu, singkat cerita. Aku telah sampai di rumahnya, ku mengetuk pintu lalu keluarlah seorang gadis berperwakan sepertiku, mirip dengan wajahku, ya itulah saudara kembarku.


“Wina? Apakah benar itu kamu ?”
“hm, Dina?”
Tubuh ini langsung saja memeluknya, betapa sangat rindu aku pada saudara kembarku sendiri. 10 tahun tidak pernah bertemu, dan ternyata ia masih berada di rumah Joglo ini menepati janjinya, kupikir ia akan membenciku karena tidak pernah mengunjunginya... dan ibu.

“Ibu ? dimana Ibu ? bagaimana kabarnya ? ah aku sangat merindukannya, pasti wajahnya tetap cantik seperti dulu kan?”
“hm Din...”
“..dan pastinya senyumnya tetap merekah lebar karena kamu win, heeem sejuknya melihat senyum ibu itu, permisi ya win aku mau ketemu ibu dulu,” lantas aku masuk ke rumah dan memanggil manggil Ibu.
“Ibu...Ibu.. anakmu yang cerewet ini kemari, mengunjungi ibu. Ibu dimana ?”
“Din dengarkan aku dulu, Ibu...”
“Sudahlah win nanti saja aku hanya ingin memeluk ibu, aku rindu pelukan hangatnya.Ibu..Ibuu...Ibu pasti membuat surprise di dapur kan? Ibu pasti membuatkan kue kesukaanku kan? Cepatlah kemari dulu bu, peluk anakmu ini dulu, baru ibu buatkan kue untukku juga Wina. Ibuu..”
“Din..”
“Ah ibu tidak ada di dapur, pasti di kamar, iya kan bu?Ibu.. jangan membenciku dengan seperti ini dong, aku kan hanya ingin melihat senyum ibu, ingin berada di pelukan ibu walaupun hanya sebentar, kumohan bu, Ibu dimana...”
“Din ibu sudah tidak ada, hiks..”
“ Ya aku tau Win, ia tidak ada di dapur, maka dari itu aku ke kamarnya. Udahlah yuk ikut ke kamarnya.  Aku sudah tidak sabar nih.”
“DIN KUMOHON,, IBU SUDAH TIDAK ADA,, hiks..hiks..hiks”

Hujan kecil dari hati yang turun lewat awan mata sangatlah deras, detak jantung yang berpacu cepat, entah apa yang kupikirkan saat ini, aku seperti kehilangan semua indraku, Wina berteriak, berbicara yang tak dapat kudengar. Sekitarku yang tak dapat kulihat. Gelap, semua gelap. Aku tidak tahu bagaimana caraku untuk keluar dari kegelapan ini. Gambar gambar yang bergerak melintas dalam kepala, mendesak keluar lewat ingatan samar seorang wanita cantik dengan senyum yang hangat sedang menggendong anak perempuan, sama sepertiku. Mungkinkah itu aku? Ah aku tidak tahu. Semua ingatan samar ini membuatku memaksa membuka mata, namun tidak bisa, aku hanya merasakan waktu yang berhenti hanya untuk melihat ini semua. Dan tiba-tiba..

“argh, Ibu? Wina, ibu mana? Mengapa kau menangis? Dan mengapa aku hanya tertidur disini, aku kan ingin bertemu Ibu.” 

Aku tidak tahu mengapa Wina menangis, aku hanya ingat ia mengucapkan kata “tidak ada” , namun aku tidak tahu apa atau siapa yang tidak ada.

“Din janganlah menyiksaku seperti ini, Ibu sudah tidak ada, sadarlah. Ia terkena serangan jantung, 2 tahun yang lalu. Tenanglah Din, tenanglah untukku dan ibu. Apa ayah tidak menceritakan ini padamu? Hm, lebih baik kita pergi keluar untuk menenangkan dirimu.”
“Baiklah, kita akan kemana?”
“Kita akan pergi ke taman yang paling Indah disini, Taman Bungkul.”
“Oke, tapi janji besok kita bertemu ibu,”
“yap”

Sesampainya di Taman Bungkul..

“Hm, walikota Surabaya Ibu Trirismaharini kan?”
“Iya, dia walikota yang sangat hebat, orangnya ramah, pokoknya hebat deh. Dia juga yang mengawasi keindahan Taman Bungkul ini.”
“hm, dia walikota yang patut dibanggakan ya?”
“yayadong, ahaha.”
“Dulu kita pernah bermain disini kan? Saat ayah dan ibu masih bersama kita.”
“Iya, kita juga selalu berkeliling kota pahlawan ini, bersama, bercanda ria, dan tanpa air mata.”
Tanpa sadar air mataku jatuh, kulihat Wina, ia juga menitikkan air mata, kami menangis. Lalu terdiam dalam waktu yang cukup lama. Tiba-tiba hujan datang menyapu bersih semua pengunjung, tinggallah aku dan Wina di sini. Kulihat rintik hujan itu, di dalamnya terdapat kenangan saat aku berumur 7 tahun berada di taman ini..

“Winaa, ayo kejar aku, tangkap aku jika kau bisa, ahahaahaha.”
“akan kutangkap kau Din, ayah ayah aku ingin naik ke punggung ayah, ayo tangkap Dina.”
“Winaa, kau harus memanggilku kakak, aku lahir setelahmu, jangan lupa itu.”
“Dina, Winaa, kemari kita makan dulu, ibu sudah siapkan semuanya.”
“Baik bu, ayo win, ahahahahaha.”

Kulihat rintik yang lain, saat itu aku sedang berada di tugu pahlawan..

“Ayah ayah, untuk apa menara itu dibangun disini?”
“Winaa, itu tugu bukan menara, iya kan yah?”
“iya benar Dina. Anakku, itu adalah tugu untuk mengenang sejarah yang terjadi disini dulu,”
“sejarah apa yah?”
“disini terjadi pertempuran melawan penjajah. Dan yang ikut bertempur dimakamkan disana, di makam pahlawan tak dikenal.”
“Ibu ibu, lihat deh Wina tanya melulu, kapan aku bertanya nya?”
“yaudah deh, Dina tanya sama ibu saja sini.”
“Ahahahahaha”

Lalu rintik yang lainnya,

“Ibuu, kapalnya kok berada di darat sih? Kan nanti tidak bisa jalan.”
“aduh Wina, umur kita kan sama, tapi kenapa kamu bertanya terus sih, yang pintar dikit dong.”
“ah Dina, memang kamu tau mengapa?”
“hm, tidak. Yauda deh yah, jelaskan semuanya deh, kan ayah mengerti semuanya, ayah kan pintar.”
“baiklah, ini hanyalah monumen sayang, Monumen Kapal Selam ini wujud asli dari KRI Pasopati 410, salah satu kapal selam TNI – Angkatan Laut dari satuan Kapal Selam Armada RI Kawasan Timur yang berperan aktif dalam menegakkan kedaulatan negara dan hukum di laut antara lain dalam operasi Trikora. Sudah paham?”
“tapi yah, apa itu operasi kura--kura?”
“Ih Wina, bukan kura-kura, tapi si kora, bener kan yah?”
“Operasi trikora nak, bukan si kora apalagi kura-kura.”
“Apapun namanya, maksdunya apa yah?”
“Sudahlah nak, nanti di sekolah kamu pasti mengetahuinya, lebih baik kita lihat lihat saja di dalamnya, oke?”
“Baiklah bu”

Lalu rintik terakhir...

“dasar perempuan tidak tau diri, tidak tau malu. Aku sudah bekerja keras untuk ini semua, tapi apa nyatanya? Kau menghancurkan semuanya, dimana lelaki simpananmu itu? Emang perempuan B#N#S#T. *plak.”
“hiks.. hiks.. dia buka simpananku, dia hanyalah teman..hiks.hiks”
“Ayah mengapa ayah membentak ibu? Mengapa ayah memukulnya? Ibu sangat mencintai ayah, apakah ayah tidak mencintai ibu?”
“sudahlah Wina, kau masuk saja ke dalam. Dina ambil semua bajumu, lalu ikut ayah.”
“tapi yah, aku tidak mau”
“ikut atau Wina yang ikut?”
“baiklah yah.”

“Dina, kau tidak apa? Marilah kita pulang, hujan sudah reda.”
“Hm, iya, ayo.”


Esoknya...

“Wina, ayo kita jalan-jalan.”
“baiklah, ayo.”
“Wina, aku dengar Taman Bungkul mendapatkan penhargaan dari PBB, mengapa ya?”
“Ya itu benar din, itu karena taman ini memiliki fungsi sosial, rekreasi, pendidikan, dan budaya. Juga karena sarananya yang lengkap. Oiya Din, bukan hanya tamannya loh, pemkot dan walikota surabaya juga mendapat penghargaan kok.”
“Memangnya apa Win? Maklumlah jarang baca berita.”
“Pemkot mendapat penghargaan ‘Future Gov Awards 2013’, sedangkan walikotanya, Ibu Risma mendapat banyak penghargaan salah satunya ‘walikota terbaik ke 3 sedunia’. Bangga deh Din jadi anak surabaya.”
“aku bangga padamu Win, dan juga kota pahlawan ini. Disinilah cerita kita dimulai, kenangan-kengan indah kita bersama ibu dan ayah, serta perpisahan kita. Kota ini telah membangun raga dan jiwaku untuk tetap tegar menghadapi semuanya. Aku ingin mewujudkan keinginan ibu, menjadi anak yang berguna untuk kota yang memiliki seluruh perlengkapan hidup kita, pengetahuan dan lainnya. Win, mari bersama membangun kota ini, untuk ibu.”
“..dan juga ayah.”
“Sudahlah, mari kita teriak bersama...”

“AKU BANGGA DADI AREK SUROBOYO”


-TAMAT-
Nah itu dia contoh cerpen buatan Maull sendiri :'
Seperti biasa, Si Maull siap Nerima kritik dan saran Kalian kok❤

Jangan lupa untuk CANTUMKAN SUMBER. 
Tujuan Si Maull share ini hanya untuk bahan referensi kalian aja ya, bukan untuk kalian copas gengss :''((

"Hargailah milik orang, jika ingin milikmu dihargai:))" -Si Maull

See ya next post, byee

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Komentar

Postingan Populer